2.000 GENERASI MUDA INDONESIA BELAJAR DARI PENGALAMAN TOKOH MUDA PAKISTAN DALAM MEMERANGI IDEOLOGI PRO KEKERASAN

Posted: April 15, 2013 in Pendidikan

Jakarta, 13 April 2013-Lazuardi Birru bekerjasama dengan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan 14 organisasi mahasiswa dan kepemudaan kembali menyelenggarakan kegiatan public lecture series dengan tema “Pakistani Youth Role in Preventing Pro-Violence Ideology”. Kuliah umum dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 13 April 2013 di Auditorium Prof. Dr. Harun Nasution UIN Jakarta dengan menghadirkan Dr. Hussain Mohi-Ud-Din Qadri yang merupakan tokoh muda penggerak kerja-kerja sosial organisasi Islam di Pakistan Minhaj-ul-Quran Internasional (“MQI”). Kuliah umum kali ini dihadiri sekitar 2.000 generasi muda sebagai peserta yang secara antusias mendengarkan materi kuliah.

Dr. Hussain Mohi-ud-Din Qadri merupakan putera dari Muhammad Tahir ul Qadri, pendiri MQI, sebuah lembaga sosial yang berpusat di Lahore, Pakistan dan hingga kini telah memiliki cabang di sekitar 100 negara. MQI merupakan gerakan sosial keagamaan yang aktif dalam mereformasi politik di Pakistan melalui kegiatan pendidikan. MQI telah melakukan kerja-kerja sosial dan edukasi yang luar biasa dalam menanggulangi ekstrimisme dan terorisme serta menciptakan harmoni antara masyarakat yang berbeda budaya, etnis, dan agama. Peace of Humanity Conference dan London Declaration for Global Peace and Resistance Against Extrimism yang diselenggarakan MQI telah mengecam berbagai aksi kekerasan atas nama agama.

Untuk kinerja MQI dalam melakukan edukasi guna menanggulangi extrimisme dan terorisme tersebut, the United Nations Economic and social Council (ECOSOC) secara formal mengakui dan menganugerahkan “Special Consultative Status” untuk MQI atas kinerjanya dalam mempromosikan perdamaian toleransi dan harmoni antar agama.

Dalam kuliah umum ini, Dr. Hussain Mohi-ud-Din Qadri membahas mengenai fenomena kekerasan atas nama agama yang terjadi di Pakistan secara rinci, mengidentifikasi faktor-faktor yang memicu pertumbuhannya di Pakistan, dan keterkaitan dalam konteks global. Selain itu, beliau juga berbagi cerita dalam mengatasi berkembangnya fenomena kekerasan tersebut dan peran organisasi Islam Minhaj-ul-Quran International untuk melakukan dialog sehingga tercipta keharmonisan di Pakistan maupun di luar negeri.

Dhyah Madya Ruth SN, SH, MKn, Ketua Lazuardi Birru menyatakan bahwa Indonesia dan Pakistan memiliki ikatan historis yang kuat antara lain pada masa perjuangan pra-kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan hingga kemudian aktif bersinergi dalam Gerakan Non Blok.

Persamaan keadaan juga terjadi pada masa kini, dimana kedua negara ini sedang memerangi ideologi pro-kekerasan. Seperti diketahui, bahwa ideologi pro kekerasan telah menyusup dan berkembang di lingkungan generasi muda Pakistan, yang terus berupaya menjaring kader-kader baru terutama generasi muda Islam. Rentannya generasi muda terhadap ideologi pro kekerasan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti krisis ekonomi, isolasi dari lingkungan sekitar dan represi serta pengaruh internet sebagai media dalam menyebarluaskan ideologi pro kekerasan mengatasnamakan agama di kalangan muda.

Hal yang relatif sama juga terjadi di Indonesia. Kegiatan public lecture ini merupakan salah satu upaya pencegahan atas maraknya pengaruh ideologi pro kekerasan yang mengatasnamakan agama. Setelah kegiatan ini, diharapkan generasi muda Indonesia mendapat pencerahan dan dapat belajar dari perjuangan Pakistan dalam memerangi ideologi pro-kekerasan. Generasi muda Indonesia diharapkan mampu menjadikan perbedaan pandangan keagamaan, visi dan misi kehidupan berbangsa sebagai kekuatan yang mampu menyatukan mereka di dalam perdamaian, toleransi dan harmoni.

Sementara itu Purek II Bidang Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. M. Mastna, MA menyampaikan bahwa pandangan-pandangan dan pengalaman-pengalaman Dr. Hussain Mohi-ud-Din Qadri sangat menarik dan patut menjadi inspirasi serta contoh generasi muda Indonesia dalam mengatasi ideologi pro-kekerasan. Pidato-pidatonya dalam memperjuangkan perdamaian di Pakistan seolah mengingatkan kita kepada Soekarno di masa muda. Stabilitas keamanan dan perdamaian merupakan dua sisi menarik yang harus tetap bersinergi bila ingin mencapai Indonesia yang lebih baik di masa mendatang.

Kegiatan ini tak lepas karena dukungan penuh dan peran aktif organisasi pemuda dan mahasiswa antara lain Komite Mahasiswa dan Pemuda Anti Kekerasan (KOMPAK), Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI),Center for Islamic Economic Studies(COINS), Ikatan Mahasiswa Muhammaddiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan beberapa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seperti Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), Fakultas Sains dan Teknologi (FST), dan Organisasi Mahasantri Ma’had serta bertindak sebagai media partner yaitu Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut, Media Informasi UIN (www.uinjkt.ac.id) dan Radio Dakwah Kampus (RDK).

Tinggalkan komentar